Terimakasih atas kunjunagan anda
Batman Begins - Diagonal Resize 2

Selasa, 26 November 2013

Indonesia-AS Implementasikan CPA Melalui Kuliah Interfaith Dialogue

San Fransisco, Kalifornia (Pinmas) – Indonesia dan Amerika  Serikat meningkatkan interaksi antarindividu sebagai salah satu satu  implementasi dari Perjanjian Kemitraan Komprehensif (CPA) melalui  kegiatan kuliah umum di University of California, Berkeley.
“Kedua Pemerintah  sepakat untuk memperdalam kerja sama, salah satu di antaranya ialah meningkatkan interfaith dialogue,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Bahrul Hayat ketika membuka  kuliah umum yang bertema  “Interfaith Dialogue in a Plural Society: the View from Indonesia” pada Senin (25/11) waktu setempat atau Selasa (WIB).
Kuliah umum dialog antariman yang diselenggarakan Pusat Kajian Asia Tenggara (CSEAS)  universitas ternama di dunia itu menghadirkan pembicara dari  Indonesia yakni Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. Musa Asy’ari, pakar dari Sekolah Tinggi Teologi  Jakarta Pendeta Joas Adiprasetya, Wakil Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. DR. Jamhari Maruf dan pakar dari Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Prof. DR. Antonius Eddy Kristiyanto.
Konsul Jenderal RI  San Fransisco, Asianto Sinambela  dan lebih 50 mahasiswa tingkat  pascasarjana dan sarjana UCB menghadiri kuliah itu dengan moderator  Ketua CSEAS DR. Jeffrey Hadler.
Lebih jauh Bahrul Hayat mengatakan  dialog antariman menjadi agenda nasional yang penting dan pemerintah  memiliki kebijakan untuk mendorong kelompok moderat. “Sebagai salah satu  negara yang memiliki suku paling beragam di dunia, berpenduduk muslim  terbesar di dunia  dan rumah bagi semua agama besar lainnya termasuk  Kristen, Hindu, Budha dan Konghuchu, Indonesia mendorong dialog itu di  antara negara-negara dan memandangnya sebagai agenda global yang  penting,” kata Bahrul.
“Karena itu Indonesia berbagi pandangan bahwa  benturan peradaban bisa terjadi dan harus dihindari dengan mempromosikan satu dialog antara berbagai peradaban,” tambahnya.
Sejauh ini, lanjut Bahrul, Kementerian Agama telah mengadakan forum-forum seperti itu di seluruh 33 provinsi dan lebih 420 kabupaten/kota. Indonesia juga memprakarsai  dialog antariman secara bilateral dengan 22 negara lain, paling akhir  dengan Serbia bulan lalu. Dialog antariman di tingkat regional pertama  kali diadakan di Yogyakarta pada Desember 2004 dan diikuti oleh 14  negara.
Di tingkat global, Indonesia telah mendukung dan berperan serta dalam  dialog-dialog antariman dan budaya yang disponsori oleh Perserikatana  Bangsa-Bangsa. Pada Agustus 2014, Indonesia akan menjadi tuan rumah Forum Global ke-6 untuk Aliansi Peradaaban PBB.Dialog antariman  merupakan satu cara meningkatkan saling pengertian untuk meningkatkan  kerja sama.
“Saya gembira bahwa dialog-dialog ini menghasilkan program kongkrit dan kegiatan menguntungkan,” kata Bahrul.
Menurutnya,  dialog-dialog juga telah memperkuat kerja sama dua negara dalam bentuk  kerja sama antarpemerintah, antarlembaga dan antarindividu. Dalam  dialog-dialog antariman yang diselenggarakan sebelumnya lebih banyak  pemimpin agama berperan serta.
“Tapi hari ini di Berkeley, kami  menyaksikan para pakar dan akademisi aktif menjadi peserta. Kombinasi  baru ini akan memberikan perspektif baru mengenai interfaith dialogue,”  terang Bahrul.
DR. Jeffrey Hadler yang diwawancarai seusai dialog mengatakan dialog-dialog antariman yang dilakukan di luar negeri  penting untuk memberikan pemahaman kepada para peserta.“Di kampus ini misalnya ada sejumlah anak dari Indonesia yang dikirim orangtua mereka  belajar karena ada prasangka jika mereka tetap berada di Indonesia  mereka merasa tak aman,” kata Hadler, seorang indonesianis.
Dengan mengikuti  dialog, katanya, mereka memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas, tidak semata-mata memperoleh informasi dari Internet.
Dr Hadler adalah  ahli di bidang budaya Minang. Ia pernah sebagai peserta Americaan Field  Service di Jakarta yang tinggal di keluarga Minang. Sejak itu dia  tertarik untuk memperdalam salah satu budaya suku di Indonesia tersebut.
Ketika menerima  delegasi yang dipimpin Sekjen Kementerian Agama Bahrul Hayat, Konsul  Jenderal Asianto Sinambela mengatakan sedikitnya ada dua perguruan  tinggi ternama dan berkelas dunia di Kalifornia yakni UCB yang merupakan perguruan tinggi negeri dan Stamford University, perguruan tinggi swasta.
Dia mengatakan pihaknya mendukung kegiatan-kegiatan seperti itu untuk meningkatkan dan memperdalam kerja sama antara Indonesia dan AS. Menurutnya,  lembaga-lembaga perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat AS di  wilayah tugasnya memainkan peran penting dalam membentuk opini.
CSEAS merupakan salah satu lembaga idi University of California, Berkeley, yang  mengajarkan studi tentang Indonesia. Selain puluhan mahasiswa yang  belajar di program sarjana, saat ini juga terdapat mahasiswa Indonesia  yang tengah mengambil gelar doktor. (ant/mkd)

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review